Minggu, 23 Juni 2019

2 Warga Cianjur Tewas Keracunan, Polisi Periksa Penjual Ikan Pindang

Polisi olah TKP kasus warga keracunan ikan pindang di Cianjur. (Foto: istimewa)

Cianjur - Polisi menyelidiki tewasnya Ahmad Sadili dan Rindi. Kuat dugaan keduanya tewas usai menyantap pindang ikan emas. 

Selain korban tewas, puluhan warga lainnya juga keracunan saat menghadiri acara kenaikan kelas SDN Ciseureuh, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (19/6). Personel Polsek Sindangbarang dan tim dari Polres Cianjur ingin memastikan penyebab terjadinya keracunan massal tersebut. 

Sejumlah penjual pindang ikan mas dimintai keterangan dan penjelasan. "Kita mintai keterangan dari ibu-ibu penjual ikan pindang, kita minta penjelasan juga, mulai dari pengolahan hingga dijajakan di acara kenaikan kelas di sekolah," kata Kapolsek Sindangbarang AKP Nandang melalui sambungan telepon, Minggu (23/6/2019).

Hasil pemeriksaan, polisi menduga ada banyak faktor menyebabkan makanan tersebut beracun. Kontaminasi dengan udara dan kondisi lingkungan yang tidak sehat saat proses awal pembuatan hingga dijajakan oleh para penjual.

"Kalau lokasi sekolah kan terbuka untuk penjual jajanan. Siapa saja bisa mengakses apalagi sedang ada acara. Bisa saja ikan pindang yang terkontaminasi, untuk kepastian penyebab kita tunggu hasil laboratorium Dinas Kesehatan yang sudah memeriksa sampel," tutur Nandang.

Baca juga: Puluhan Warga Desa Jayagiri Cianjur Keracunan Ikan Pindang, 2 Tewas

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Tresna Gumilar mengatakan laporan terakhir dari petugas kesehatan di lapangan tercatat ada 70 korban keracunan. "Mereka yang dirawat di puskesmas pun sudah pulang, hanya tinggal empat orang yang masih dirawat serius karena kondisinya yang lemah. Dari seluruh yang dirawat dua di antaranya meninggal dunia," ujar Tresna. 

Tresna mengungkapkan penyebab meninggalnya dua orang warga tersebut kemungkinan besar memang diakibatkan keracunan makanan. Namun untuk memastikan apakah ada faktor lain, kata dia, harus dilaksanakan autopsi jenazah.

"Sementara faktornya keracunan, mengingat mereka juga mengalami kondisi serupa dengan warga lainnya sebelum meninggal. Tapi lebih jelasnya harus otopsi, kami tidak bisa melakukan hal itu karena di luar kewenangan dinas," tuturnya. 

Dia menambahkan, saat ini sampel muntahan, darah, hingga sisa makanan sudah dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. "Paling lama sepekan sudah ada hasil," kata Tresna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar