Jumat, 17 Agustus 2018

Sejarah qurban



Sejarah Qurban Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail


Oleh : Ustadz Yachya Yusliha| 
17 Agustus 2018 M
07 Zulhijjah 1439 H

 

Kisah atau sejarah qurban berawal dari persitiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail.

Kemudian disyiarkan oleh Nabi terkahir Muhammad SAW yang mengabadikan Islam untuk menyembelih qurban di hari raya Haji atau Idul Adha. Beginilah sejarah qurban dimulai dari kisah Nabi Ibrahim sa dan nabi Ismail sa.

Telah dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak-anak sampai di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ash-Shafaat [37]: 100)

Kemudian Allah memberikan kabar gembira akan lahirnya seorang anak yang sabar. Dialah Ismail, yang dikunjungi oleh Hajar. Menurut para ahli sejarah, Nabi Ismail lahir kompilasi Nabi Ibrahim bertiga 86 tahun. Wallahu a'lam.

Nabi Ibrahim kemudian membawa Hajar dan Ismail, yang waktu masih bayi dan menyusu pada ibunya, ke Mekah. Pada saat itu di Makkah tidak ada sesuatu pun dan tidak ada udara. Nabi Ibrahim membebaskan mereka ke sana bersama-sama yang ada di dalamnya termasuk kurma dan bejana kulit yang mengandung udara.

Setelah itu Nabi Ibrahim? Dipersembahkan oleh Hajar seraya berkata, 
“Wahai Ibrahim, kemana engkau harus pergi, apakah engkau akan meloloskan diri kami di lembah ini tidak ada seorang pun dan tidak pula makanan apapun?”

Pertanyaan itu diucapkan berkali-kali, namun Nabi Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata berbakat: "Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?"

"Ya." Jawab Nabi Ibrahim

“Kalau jadi kami tidak disia-siakan.” Dan setelah itu Hajar pun kembali. 
Ibrahim pun berangkat menuju ke arah Tsamiyah, beliau pun menghadapkan muka ke Baitullah dan berdoa:

"Ya Tuhan kami, benar aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati Sebagian manusiawi bagi mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. ”(QS Ibrahim [14]: 37)

Dan Hajar pun menyusui Ismail dan minum dari udara yang tersedia. Jika ada udara yang ada dalam bejana sudah habis, maka ia dan puteranya pun bisa merasa haus.Lalu Hajar melihat puteranya merengek-rengek. Kemudian ia pergi dan tidak tega melihat itu. Maka ia menemukan Shafa merupakan bukit yang terdekat dengannya. Lalu ia berdiri di atas bukit itu dan menghadapi sembari melihat-lihat adakah orang di sana, tetapi ia tidak mendapatkan sesuatu pun disana.

Setelah itu ia turum kembali dari Shafa dengan susah payah zarah sampai di lembah. Lalu aku mendatangi bukit Marwah lalu berdiri disana seraya melihat-lihat adakah orang disana. Masih besar sekali tidak ada. Ia melakukan itu - berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah - sebanyak tujuh kali.

Setelah daerah Marwah ia mendengar suatu suara. Ia pun berkata, “Diam!” Maksudnya untuk dirinya sendiri.Kemudian ia berusaha pertunjukkan lagi hingga ia pun mendengarnya.

“Engkau sudah memperdengarkan.Adakah yang bisa menolong? ”

Tiba-tiba aku tiba di Malaikat di udara terdekat Zamzam. Kemudian Malaikat itu menggali tanah dengan tumitnya sehingga timbullah udara.

Selanjutnya Ibunda Ismail membendung udara dengan bonus dan menciduknya dan udara yang bertambah deras.

Nabi Muhammad bersabda:

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail, jika saja ia berlalu Zamzam - atau Beliau berkata: 'seandainya dia tidak menciduk airnya- niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir."

Kemudian ibunda Ismail minum dari udara itu dan menyusui.

Ismail tumbuh menjadi besar dan belajar Bahasa Arab di era Bani Jurhum. Hingga pada hari, massa, Nabi Ibrahim datang menjumpainya. Allah mengisahkannya di dalam Al-Qur'an:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata:“ Hai anakku benar aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! ”(QS Ash-Shafaat [37]: 102)

Nabi Ibrahim datang menjumpai anaknya untuk menyampaikan perintah Allah agar menyembelihnya. Bisakah kalian bayangkan teman-teman? Setelah menunggu bertahun-tahun, Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak di usia tuanya. Lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan anak dan isterinya di suatu tempat asing yang jauh darinya dan tidak berpenghuni. Meskipun sangat besar kecintaan beliau kepada keluarganya, namun beliau seorang yang teguh dan taat terhadap perintah Allah. Tidak sedikitpun beliau bergeming, bahkan bersegera ketika Allah memerintahkannya.

Nabi Ismail pun menjawab:

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash-Shafaat [37] : 102)

Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliu berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quraan. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam [19] : 54)

Allah melanjutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).” (QS Ash-Shafaat [37] : 103)

 

Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya.

“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat [37] : 104:107)

Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah. Wallahu a’lam.

Demikianlah sejarah Ibadah qurban dari Nabi Ibrahim dan Ismail yang kemudian menjadi ibadah sunnah yang utama bagi umat Islam di hari Raya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar