kamis 26 Oktober 2017 M
Hanya Ridho Allah yang Kita cari, dan hanya murka-Nya yang kita Takuti
ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ; ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : " ﻣَﻦِ ﺍﻟْﺘَﻤَﺲَ ﺭِﺿَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﺑِﺴَﺨَﻂِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ، ﻭَﺃَﺭْﺿَﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ، ﻭَﻣَﻦِ ﺍﻟْﺘَﻤَﺲَ ﺭِﺿَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑِﺴَﺨَﻂِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﺳَﺨِﻂَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻭَﺃَﺳْﺨَﻂَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ".
Artinya: “Barangsiapa mencari keridhoan dari Allah (saja) meskipun manusia benci kepadanya, niscaya Allah akan ridho kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia ridho kepadanya pula.
Dan barangsiapa mencari keridhoan dari manusia dengan membuat Allah murka kepadanya, niscaya Allah akan murka kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia murka kepadanya pula.
” (HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya no.276 (I/497), dari Aisyah. Syuaib Al-Arnauth berkata: “Sanadnya Hasan”).
Di dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺃَﺭْﺿَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺴَﺨَﻂِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﻠَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺳْﺨَﻂَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺮِﺿَﺎ ﺍﻟﻠﻪِ ﻛَﻔَﺎﻩُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣُﺆْﻧَﺔَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱ
ِ
Artinya: “Barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia.
Dan barangsiapa membuat manusia murka dengan keridhoan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kejahatan manusia.
” (Shahih. HR. Ibnu Hibban no.277 (I/510), dari Aisyah.
Dan dishohihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no.6010).
BEBERAPA PELAJARAN PENTING DAN FAEDAH ILMIYAH DARI HADITS INI:
1) Wajib bagi setiap muslim mencari ridho Allah dalam setiap perkataan dan perbuatan yang ia lakukan, meskipun manusia membencinya.
Hal ini dikarenakan hanya Allah satu-satunya Dzat yang mampu memberikan manfaat dan kebaikan, dan mencegah mudharat dan keburukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
"Barangsiapa yang beramal demi mencari keridhoan Allah meskipun manusia membencinya, maka sungguh ia telah bertakwa kepada-Nya, dan ia adalah hamba-Nya yang sholih, dan Allah senantiasa mencintai dan menolong hamba-hamba-Nya yang sholih."
2) Diharamkan bagi setiap muslim melakukan suatu perbuatan yang dibenci dan dimurkai Allah, apalagi jika ia melakukannya dengan niat dan tujuan mencari kecintaan dan keridhoan manusia.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "Barangsiapa telah jelas baginya bahwa setiap makhluk (manusia) yg ada di muka bumi adalah makhluk (ciptaan Allah, pent).
Maka bagaimana mungkin ia lebih mendahulukan ketaatan kepada makhluk daripada ketaatannya kepada (Allah) Tuhannya segala tuhan.
Sungguh yang demikian ini adalah sesuatu yang mengherankan. (Lihat Taisir Al-Aziz Al-Hamiid hal.436).
3) Mencari keridhoan n kecintaan manusia dalam setiap urusan adalah tujuan yg mustahil tercapai.
Oleh karena itu, hendaknya kita berkata n beramal hanya mengharapkan keridhoan n balasan dari Allah semata.
Tidak mengharapkan sesuatu apapun dari manusia baik berupa pujian, imbalan, popularitas dan ketenaran maupun lainnya.
Hal ini sebagaimana yang bisa kita petik dari do’a salah seorang istri Fir’aun dalam al-Qur’an yang tetap teguh pada keyakinan dan keimanannya kepada Allah.
Ia berdo’a agar dibangunkan untuknya “baitan fil jannah” (rumah di dalam surga), bukan “baitan fil ardhi (rumah di muka bumi)” ataukah “prasasti di bumi yang dikenang orang lain”.
Dia hanya berharap pada Allah, diselamatkan jiwa, dan keyakinannya dari virus-virus orang zhalim dan kafir.
Allah ta’ala berfirman:
ﻭَﺿَﺮَﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﺜَﻼ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍِﻣْﺮَﺃَﺓَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﺭَﺏِّ ﺍﺑْﻦِ ﻟِﻲ ﻋِﻨْﺪَﻙَ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﻧَﺠِّﻨِﻲ ﻣِﻦْ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻭَﻋَﻤَﻠِﻪِ ﻭَﻧَﺠِّﻨِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡِ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦ
َ
“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam (surga) Firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim.” (QS. At-Tahriim: 11)
Allah ta'ala berfirman pula:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻧُﻄْﻌِﻤُﻜُﻢْ ﻟِﻮَﺟْﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻻ ﻧُﺮِﻳﺪُ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺟَﺰَﺍﺀً ﻭَﻻ ﺷُﻜُﻮﺭًﺍ
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhoan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insaan: 9)
4) Keridhoan dan kebencian manusia bergantung pada keridhoan dan kebencian Allah.
Jika Allah meridhoi dan mencintai seorang hamba, maka Dia akan menjadikan para makhluk seperti malaikat dan manusia meridhoi dan mencintainya.
Demikian pula sebaliknya.
Hal ini dikarenakan hati para hamba berada diantara 2 jari dari jari-jemari Allah.
Dia membolak-balikkan hati mereka kapan saja Dia kehendaki.
Sebagaimana dikabarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam di dalam hadits beliau.
Dan dikabarkan di dalam hadits, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda (idza ahabballahu 'abdan naadaa Jibriila, faqoola, ya Jibriilu, inni uhibbu fulaanan fa ahibbahu, fa yuhibbuhu Jibriilu...)
Artinya: "Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata; "wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai hamba-Ku si fulan, maka cintailah ia.
Maka Jibril pun mencintainya.
Lalu Jibril berkumandang (di langit, pent); sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya si fulan, maka cintailah ia.
Maka para malaikat penghuni langit mencintainya.
Lalu diletakkan rasa ridho (kpd hamba tsb) di muka bumi."
5) Penetapan sifat ridho dan benci bagi Allah ta'ala sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupakan, menyamakan dan menggambarkan sifat Allah sebagaimana sifat makhluk, dan tanpa menyelewengkan maknanya.
Hal ini berdasarkan firman Allah ta'ala:
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻲْ
ٌ
"Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya, dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syuura: 11).
Maka dari itu, perbuatan-perbuatan baik apapun yang kita lakukan, baik yang hukumnya wajib, sunnah maupun mubah, hendaknya diniatkan semata-mata karena mengharap keridhoan dan balasan dari Allah ta’ala.
Jangan sampai kita melakukan suatu amalan dengan niat dan tujuan supaya dikenang dan dipuji oleh manusia karena akan menyebabkan kebinasaan di dunia dan akhirat.
Sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan imam Muslim di dalam kitab Shahihnya (no.1905) tentang golongan manusia yang pertama kali diadili oleh Allah dan dicampakkan ke dalam api neraka pada hari kiamat, dan mereka adalah orang yang berjihad di jalan Allah, menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an, dan orang yang bersedekah, namun mereka mengerjakan ibadah-ibadah yang agung tersebut tanpa ikhlas karena Allah.
Demikian pelajaran penting dan faedah ilmiyah yang dapat kami sebutkan dari dua hadits ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wabillahi at-taufiq.
YD1JNI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar